Jin Haus Seks

Muara Sungai Limbangan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa pantai utara (Pantura) Jawa Barat, memang kurang begitu populer dalam hal aktivitas transportasi laut. Begitu pula aktivitas bongkar muat ikan maupun transaksi para bakul di Tempat Pelelangan Ikan (TPI), di tempat ini juga kurang begitu ramai. Berbeda dengan muara-muara lain yang ada di sepanjang pantai Kabupaten Indramayu maupun Cirebon, seperti muara Eretan, muara Karangsong, muara Dadap, ataupun muara Bondet. Di muara-muara itu setiap hari selalu ramai aktivitas lelang ikan hasil tangkapan para nelayan.

Tetapi dalam hal keangkerannya, muara yang terletak di Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu itu jauh lebih terkenal dibanding muara-muara lainnya. Informasi yang diserap Misteri, konon muara ini berpenghuni jin laut berilmu tinggi.

Hasil penelusuran paranormal setempat terungkap, kalau penghuni muara itu bergelar Nyai Limbangan. Dia tidak punya pasangan alias lajang sepanjang hidupnya, kini umurnya diperkirakan sudah ribuan tahun. Karena masih lajang, maka untuk memuaskan nafsu syahwatnya, jin kafir ini kerap menjelma menjadi sosok wanita jelita yang sewaktu-waktu berbaur dengan aktivitas para jablay (pelacur).

Si jelita penjelmaan mahluk alam gaib itu kerap menggoda Anak Buah Kapal (ABK) yang secara kebetulan merapat di TPI sekitar muara. ABK yang menyangka wanita itu jablay, setelah dicapai kesepakatan transaksi imbalan jasa pemuas syahwat, tidak sungkan-sungkan melakukan hubungan badan di tempat gelap.

Kalaupun tidak mendapatkan sasaran dari kalangan ABK, jin berwujud wanita jelita umur 30-an tahun itu kelayapan ke gubuk-gubuk tempat istirahat penjaga (centeng) tambak udang yang bertebaran sekitar ratusan meter dari muara. Sama halnya ABK, centeng maupun majikan pemilik tambak udang menyangka wanita yang menghampiri gubuknya itu jablay yang biasa keliaran di kawasan tambak hingga terjadilah transaksi.

Lambat laun, kebiasaan wanita misterius itupun dicurigai kalangan ABK maupun para centeng tambak udang. Apalagi belakangan muncul kabar, seusai berhubungan badan, wanita itu langsung menyelinap keluar gubuk lalu menghilang tanpa berupaya meminta uang jasa pelayanan yang sudah disepakati sebelumnya. Kecurigaan yang disebar melalui bisik-bisik antar sesama hidung belang itupun akhirnya menjadi rahasia umum, bahkan menjadi momok bagi kaum Adam di daerah itu.

Bukan hanya tidak meminta imbalan, sejumlah ABK yang melakukan hubungan badan dengan wanita misterius itu, keesokan paginya ditemukan keanehan di mana pada ujung kemaluannya keluar lendir putih berbau busuk. Meskipun tidak berbahaya, keluarnya lendir berbau busuk itu tetap saja meresahkan pikiran lelaki bersangkutan, tentu saja mereka khawatir tertular penyakit kelamin.

Sewaktu Misteri menyambangi lokasi yang disebut-sebut warga sangat angker itu, memang terbukti. Aura jahat terasa begitu kental. Bahkan, biarpun baru menjelang Maghrib, sesekali berkelebat bayangan aneh yang kurang begitu jelas di tengah-tengah muara seluas kurang lebih lima hektar itu.

Untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan buruk, ikut pula mendampingi Misteri Ustadz Mudin, 38 tahun tahun, warga Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu. Ulama hikmah jebolan Pondok Pesantren Riyyadlus Solihien, Barugbug, Ciomas, Banten ini tanpa diminta langsung memejamkan matanya, dan bibirnya komat-kamit membaca doa. Sesaat berikutnya, dia mengangguk-anggukkan kepala layaknya orang sedang ngobrol.

Adegan itu berlangsung sekitar lima menitan. Lalu dia mengusapkan sepasang telapak tangannya ke wajah.

“Barusan saya berdialog dengan jin penghuni muara ini. Dia punya gelar Nyai Limbangan. Umurnya mungkin sudah ribuan tahun dan hingga sekarang dia menjadi tetua di alam gaib muara sini,” urai Ustadz Mudin dengan suara dipelankan.

Untuk merangkum berbagai peristiwa mistis di sekitar muara Sungai Limbangan, butuh investigasi panjang. Satu pekan lebih berbaur dengan kalangan ABK, centeng dan juragan tambak udang termasuk dengan pamong desa setempat. Hasilnya cukup memuaskan.

Wardoyo, 36 tahun, seorang nakhoda Kapal Motor Nelayan (KMN) asal Desa Juwana, Tegal, Jawa Tengah, yang langganan bongkar hasil tangkapan ikan kembung di TPI Limbangan mengaku pernah berkencan dengan wanita misterius.

Diceritakan Wardoyo, pada penghujung musim angin barat dan memasuki musim angin timur kemarin, KMN yang dia nakhodai kelimpahan hasil tangkapan ikan kembung. Ikan bernilai ekonomis tinggi itupun langsung dibongkar dan dilelang di TPI Limbangan.

Seperti biasanya, selesai menerima bayaran dari bakul, KMN dia sandarkan di bibir jetty, lalu dia dan kelima ABK-nya berburu kepuasan. Kepuasan kalangan ABK dan nakhoda, terutama minuman keras dan kencan dengan jablay. Bukan rahasia lagi jika di sekitar TPI, pada malam hari berkeliaran wanita-wanita jablay penjaja kehangatan syahwat.

Naas bagi Wardoyo, akibat terlalu banyak KMN yang merapat, dia kesulitan menemukan wanita jablay, akibatnya dia bertekad menghabiskan malam dengan minum-minuman keras di warung remang (warem) sekitar TPI.

Lepas tengah malam, laki-laki berkulit hitam itu melangkah sempoyongan menuju jamban untuk buang air kecil. Usai buang hajat kecil dia bermaksud kembali ke dalam warung. Namun saat memutar badan, beberapa langkah di depannya sudah berdiri seorang wanita. Lewat bantuan cahaya warem, Wardoyo mengucak-ucak matanya untuk meyakinkan kalau wanita di depannya itu benar-benar cantik, serta usianya masih cukup muda. Sekitar 30-an tahun.

Ditatap lekat-lekat, wanita itu bukannya takut, melainkan melempar senyum ramah. Tentu saja Wardoyo gelagapan. Perkenalanpun berlangsung singkat, bahkan berlanjut ke soal transaksi seksual. Setelah disepakati bayaran 100 ribu untuk shot time, Wardoyo dan wanita cantik itu terlibat kencan di balik gelapnya dinding TPI.

Usai hubungan intim, wanita itu ngeloyor meninggalkan Wardoyo yang menggelosoh kelelahan di lantai keramik. Dia menyangka wanita itu mau cebok di kamar mandi warem. Ditunggu belasan menit, tidak juga kembali, padahal uang upah jasa belum sempat diberikan.

Biarpun penuh tanda tanya, Wardoyo melangkah menuju warung. Ketika ditanyakan kepada rekan-rekan di warung, mereka mengaku tidak pernah melihat lewatnya seorang wanita. Keanehan itupun langsung disimpan rapih di dalam hati.

“Besoknya, saat nyong (aku) mengemudikan kapal, terasa ada cairan keluar dari kemaluan. Semula nyong sangka air kencing, tapi tercium bau busuk,” kata Wardoyo.

Karena penasaran, Wardoyo memeriksa organ intimnya. Didapatinya lendir pada celana dalamnya. Saat lendir itu dicium, dia kaget bukan kepalang, sebab baunya sangat busuk. Secara spontan, dia curiga kalau dirinya tertulari penyakit kelamin dari wanita jablay yang dia kencani semalam. Ternyata lendir busuk itu hanya keluar selama satu hari, keesokan harinya, tidak ada lagi lendir yang keluar.

Terkait lendir busuk yang diceritakan Wardoyo maupun sejumlah ABK lain, menurut analisa Ustadz Mudin, lendir itu tidak lain kotoran tubuh jin yang disetubuhi bangsa manusia. Karena berbeda bangsa, kotoran itupun tidak bisa bertahan di organ intim manusia sehingga meleleh keluar.

Peristiwa gaib paling fenomenal dialami Durokim, 40 tahun. Peristiwanya berlangsung sewaktu Durokim alias Okim masih menjabat Kepala Desa (Kades) Limbangan, Kecamatan Juntinyuat.

Diceritakan Okim, meski menjabat Kades, bagi dia tidak mungkin menutupi biaya dapur serta anggaran pengeluaran kantornya jika hanya mengandalkan penghasilan dari jabatannya. Akibatnya dia mesti memanfaatkan paruh waktunya untuk berbisnis.

Rupanya, Dewi Fortuna belum berpihak kepadanya, sehingga bisnis Kades Okim mengalami kebangkrutan. Untuk menutup kerugian, terpaksa kendaraan pribadi berupa Isuzu Panther yang disayangi mesti dilego.

Setelah kebangkrutan bisnis, ekonomi keluarga Okim morat-marit sedangkan penghasilan dari jabatannya sebagai Kades sangat tidak menentu, ditambah utangnya disana-sini. Belum lagi anggaran tak terduga yang mesti dianggarkan untuk menolong warga yang rumahnya tersapu ombak. Memang, ombak besar musim angin barat, tercatat sudah menghancurkan rumah warga yang posisinya paling mepet ke bibir pantai.

Saat itu harapan satu-satunya hanya dari panen tambak udang peninggalan orangtuanya. Namun, dua hektar tambak yang dia andalkan juga tidak dapat menolong. Virus brontok membantai udang di areal miliknya tanpa sisa, sehingga ratusan juta rupiah uang yang dia tanam di areal tambaknya amblas begitu tanpa bekas.

Gempuran demi gempuran persoalan mendorong Okim menempuh jalur berbau mistis. Secara kebetulan, sebelumnya dia sudah belasan tahun mendalami ilmu kebathinan bersumber dari Tharikat Sobariyah. Berkaitan dengan gagal panen udang windu, Okim berniat mengundang Nabi Khidir As yang dikenal sebagai penguasa samudera.

Untuk tujuan berbau gaib itu, Okim mengadakan ritual seorang diri di dalam gubuk yang berada di ujung tambak udangnya. Tambak udang Okim berada pada hamparan bagian timur sehingga berbatasan langsung dengan muara Sungai Limbangan. Dalam ritualnya itu diiringi puasa ngasrep (berbuka hanya nasi dan air putih) serta tidak putusnya membaca wirid khusus pengundang Nabi Khidir AS. Dia bertekad menjalani ritualnya sampai benar-benar bertemu langsung dengan Nabi Khidir AS.

Memasuki ritual malam ke-9, Okim mengalami peristiwa paling hebat sepanjang hidupnya. Seperti malam-malam sebelumnya, dia memulai wirid selepas tengah malam di dalam gubuk temaram karena tanpa diterangi lampu selain cahaya bulan yang menerobos rongga anyaman bambu.

Entah sudah berapa jam dia duduk bersila di atas hamparan sejadah, dia merasakan suasana lain. Ruangan gubuk terasa pengap dan gelap, lantaran di langit sudah ditebali mendung hitam. Guntur sayup-sayup menggema ditingkahi deru ombak pantai membentur dinding muara.

Okim tetap wirid serta berjuang keras agar tetap konsentrasi terhadap proses ritualnya dengan kepala menunduk tajam. Seusai gelegar guntur, disusul gemuruh badai dari arah utara tepatnya dari arah Laut Jawa. Akibat situasi sangat mengerikan, Okim mengangkat kepalanya menengok ke lobang jendela samping kanan.

Saat itulah jantungnya berdetak sangat cepat manakala di kejauhan terlihat kabut bergulung-gulung dari muara, seakan meluruk ke arah gubuk. Ada yang ganjil pada kabut tersebut, jika di daerah pegunungan warnanya putih, justru kabut yang datang meluruk itu berwarna biru kekuningan.

Di saat yang sama, bau kemenyan lebih dulu menerobos memasuki ambang jendela tanpa daun itu. Okim sempat terbatuk saat hidungnya menghisap bau ganjil itu dan bulu sekujur tubuhnya serempak berdiri.

Tak tahan suasana mencekam, tatapannya dia pindahkan dari ambang jendela menuju ke ambang pintu yang juga tanpa daun. Spontan Okim terlonjak kaget, manakala tepat di ambang pintu sudah berdiri wanita bergaun biru. Kain yang dikenakan sangat tipis, memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh serta tonjolan sepasang payudara yang indah. Wanita itu menyapa dengan seulas senyum.

Senyuman wanita jelita itu membuat pria beranak dua itu pun terpana tanpa mampu untuk membalas. Wanita itu mengayun langkah gemulai memasuki ambang pintu menuju Okim yang tetap duduk di atas sejadah. Jarak satu langkah, dia menghentikan langkah seraya mengenalkan diri sebagai Rusminah bergelar Nyai Limbangan.

Okim yang tengah terpana oleh paras jelita tidak mampu menanggapi ucapan perkenalan itu. Namun, meski diacuhkan, Rusminah tidak tersinggung, bahkan dia mengatakan sanggup menyelesaikan seluruh persoalan hidup yang melilit Okim. Dia berjanji akan mengirim uang dalam jumlah banyak sesuai yang diinginkan, dengan syarat mau berhubungan badan.

Tanpa menunggu jawaban okim, Rusminah pelan-pelan melepas gaun tipisnya sehingga tubuhnya benar-benar polos. Menyaksikan pemandangan indah di depannya, membuat Okim kian terpana. Dengan gerakan berirama, wanita itu meremas sepasang bukit di dadanya seraya bibirnya mendesah.

Mendapatkan godaan birahi yang sangat dahsyat, Okim berulangkali mengerjapkan sepasang matanya seraya menggeleng-gelengkan kepala. Rupanya iman laki-laki jebolan pesantren itu benar-benar kokoh hingga sulit ditembus godaan macam apapun. Ajakan wanita itu dia abaikan, bahkan dia tersurut mundur manakala wanita itu terlihat hendak menubruknya.

Okim terus mundur hingga keluar sejadah bahkan punggungnya membentur dinding bilik di belakangnya. Tasbih yang semula tidak pernah lepas dari jemarinya, kini jatuh di atas tanah. Keringat dingin pun membasahi kening dan sekujur tubuhnya.

Mendapatkan reaksi di luar dugaan, rupanya wanita dari alam gaib itu sadar dirinya ditolak. Rusminah pun murka tak terkendali. Dari lubang mulut dan hidungnya keluar suara geraman bengis.

Okim mengamati lebih teliti, wajah di depannya berubah 180 derajat, bertolak belakang dengan wajahnya saat baru muncul tadi. Paras yang semula elok rupawan perlahan-lahan berubah menjadi wajah ular dengan sepasang mata kecil memancarkan cahaya redup kemerahan. Lidah bercabang dua menjulur keluar-masuk di antara sepasang taring runcing mengkilat. Tubuh polos yang semula kuning langsat, berubah gelap penuh sisik tebal menebarkan bau amis menyengat.

Langkah makhluk menyeramkan itu tertuju ke arah pojok gubuk. Karuan, tubuh Okim menggigil ketakutan. Saat mahluk mengerikan itu makin dekat, Okim dapat menangkap bahaya mengancam jiwanya. Tanpa pikir panjang, dia pun dengan sekuat tenaga menerjang ke samping hingga menjebol dinding anyaman bambu.

Tubuh kerempengnya berguling-guling di luar gubuk, lalu bergegas bangkit dan mengedarkan pandangan ke berbagai arah. Saat itulah dia terbengong, sebab, dia tidak melihat ada kabut biru kekuningan yang meluruk ke arah gubuk. Okim juga tidak melihat sosok mahluk berkepala ular yang beberapa saat lalu hendak menerkamnya.

Dengan gontai, Okim melangkah sempoyongan menuju rumahnya sambil menggerutu lantaran telah gagal bertemu dengan Nabi Khidir.

0 komentar:

Posting Komentar